Sabtu, 02 Februari 2013

Perkembangan Berbicara Anak Usia Dini


Perkembangan Berbicara Anak Usia Dini 

Speech adalah ekspresi dari bahasa lisan, mendengar adalah reseptive/penerimaan dari bahasa lisan. ”Speech adalah sebuah alat untuk menyampaikan bahasa lisan” (Lerner, Lowenthal & Egan, 1998, hal 207)
Produksi bahasa dari seseorang tergantung dari fisiologi dan koordinasi neuromuscular dari respirasi, fonasi, resonansi, dan artikulasi. Respirasi adalah kegiatan bernapas. Fonasi adalah produksi suara yang dihasilkan dari suara huruf vokal. Resonansi adalah getaran yang mengontrol kualitas gelombang suara. Artikulasi adalah suara dari pengucapan kata.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara.
1.    Faktor Neurologi
·         Perkembangan kognitif
Dalam perkembangan kemampuan berbicara anak, kecerdasan dan kematangan yang cukup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Bagian dari kemampuan berbicara adalah kemampuan mengolah dan merencanakan apa yangakan dikatakan.
·         Strategi memproses informasi
Untuk dapat berbicara, anak butuh untuk belajar bagaimana memfokuskan perhatian terhadap suatu kata, untuk membedakan antara satu suara dan yang lainnya, dan untuk menangkap suara dalam dan menyimpannya dalam ingatannya sehingga mereka dapat mengeluarkan suara tersebut dalam bentuk kata-kata pada nantinya.
·         Kemampuan output motor
Kemampuan berbicara membutuhkan koordinasi yang baik antara pergerakan mulut dan lidah.
·         Perkembangan sosial-emosional dan motivasi
Bahasa termasuk instrumen sosial, oleh karena itu interkasi antara manusia termasuk bagian penting dalam membangun bahasa dan kemampuan berbicara.

Faktor Struktural dan Fiosiologi
·         Kemampuan sensorik
Seluruh kemampuan indera sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbicara pada anak, baik kemampuan mendengar, melihat, menyentuh, merasakan, dan mencium bau.
·         Kemampuan oromuscular
Kemampuan berbicara pada manusia tergantung pada baik atau tidaknya penggunaan otot kerongkongan untuk mengontrol bibir dan lidah.
·         Mekanisme transmisi bahasa
Mekanisme ini berkaitan dengan bagaimana seseorang bernapas dan kemampuan mengatur pernapasannya.

Faktor Lingkungan
·         Faktor sosial kultural
Keadaan bahasa dan berbicara dari lingkungan menjadi pengaruh bagi anak dalam cara mereka berbicara.
·         Pengalaman
Pengalaman yang didapatkan oleh anak dari orang-orang sekitarnya juga mempengaruhi kemampuan berbicaranya.
·         Konteks fisik
Adanya objek untuk dibicarakan seperti alat permainan yang disukai anak, gambar-gambar, atau bahan-bahan lain juga merupakan faktor yang mempengaruhi anak untuk berbicara.

            Perlu diperhatikan bahwa kemampuan anak untuk meniru apa yang mereka dengar lebih besar daripada kemampuan mereka untuk menghasilkan bahasa sendiri. Kemampuan anak untuk menghasilkan bahasa tergantung pada kemampuan mereka untuk memahami bahasa tersebut.(Lovel, 1968) Selain itu, kemampuan bahasa reseptif pada anak balita seringkali 4 kali lebih besar daripada kemampuan bahasa ekspresif mereka.(Griffiths, 1986)

Peninjauan Perkembangan Berbicara Anak
            Kemampuan anak untuk berbicara dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu komunikatif dan nonkomunikatif. Bahasa nonkomunikatif adalah bahasa yang bukan berupa bahasa percakapan, bahasa ini tidak ditujukan kepada pendengar. Ada tiga tipe dari bahasa nonkomunikatif yang biasanya ditemukan pada anak di bawah usia 6-7 tahun,(Piaget, 1959)  yaitu:
·       Repetisi                   
    Terjadi ketika anak mengulang-ulang kata-kata yang mereka sukai.
·      Monolog               
   Terjadi ketika anak berbicara sendiri dengan dirinya. Bahasa ini juga dikenal sebagai “private speech”
·      Monolog kolektif    
   Sama seperti monolog, tetapi pada monolog kolektif ini, anak berbicara sendiri dengan topik yang berbeda.
            Setelah anak menggunakan bahasa nonkomunikatif, anak mulai memiliki kemampuan untuk berinteraksi dalam sebuah percakapan. Pada saat tersebut, anak mulai menggunakan bahasa komunikatif atau bahasa sosial. Ada enam tipe dari bahasa komunikatif, yaitu:
·        Play talk
Ketika anak mengekspresikan pribadi temannya daripada pribadi mereka sendiri dalam sebuah kegiatan atau permainan. 
·        Negotiation talk
Ketika anak berusaha bergabung dalam sebuah kegiatan/permainan       
·        Excluding talk
Ketika anak menolak temannya bergabung dalam sebuah kegiatan atau permainan.    
·      Challenge talk
Ketika anak tidak setuju dengan peraturan yang dibuat oleh orang lain.   
·      Emphatic talk
Ketika anak memposisikan diri mereka pada posisi temannya yang memiliki masalah.
·         Information and understanding talk
Ketika anak melakukan percakapan dengan anak lain dan mengajukan pertanyaan.

            Bahasa komunikatif membutuhkan koordinasi keahlian dan kemampuan yang dimilki oleh yang berbicara, yaitu:
·         Penguasaan perilaku nonverbal: Pemahaman tentang peraturan percakapan.
·         Kemampuan untuk bergiliran dalam berbicara.
·         Kemampuan untuk menyampaikan pesan.
·         Kemampuan untuk merespon pembicaraan dari lawan bicara.

Fokus Orang tua dan Guru serta Strategi Dasar

Orang dewasa menggunakan prinsip dasar untuk mengimpisasi kemampuan komunikasi mereka dengan anak.

*      Menggantikan perasaan yang menyangkal ke dalam sebuah kalimat.

Orang dewasa lebih baik mengatakan perilaku seorang anak dengan sebuah kalimat pernyataan agar anak yang lain menyangkal perasaanya. Misalnya: Kedengarannya Ricardo marah padamu karena Ricardo memukul balok-balok itu hingga jatuh.

*      Menggantikan cacian dengan pemberian informasi.

Daripada orang dewasa mencaci apa yang diperbuat anak dengan kata-kata kasar lebih baik memberi tahu dengan baik-baik. Misalnya:

Cacian : Berapa kali sudah kukatakan padamu untuk berhati-hati dalam membawa cangkir-cangkir itu. Kau selalu meecahkannya ketika kau memabawanya.

Memberi tahu: Lain kali berhati-hati itu lebih baik karena bila pecahan cangkir itu terinjak maka kaki mu akan terluka.

*      Menggantikan pengakuan dengan menjelaskan permasalahan.

Orang dewasa sebaiknya tidak memaksa anak untuk mengaku. Mereka tidak akan mengaku karena takut dengan hukuman yang akan diberikan meskipun tidak adanya ancaman hukuman dari orang dewasa. Akan sangat baik bila orang dewasa menjelaskan permasalahan dan mencari solusinya.
Mislanya: Seorang anak menumpahkan air di lantai, lalu guru mengatakan”wah ternyata di lantai ini banyak airnya, padahal ini sangat berbahaya bagi siapa pun yang lewat. Siapa yang mau membantu ibu untuk membersihkan lantainnya ya?”

*      Menggantikan pemberian pilihan dengan penawaran.

Orang dewasa sebaiknya tidak memberi pilihan pada anak bisa-bisa anak bingung karena terlalu banyak pilihan atau juga karena terlalu banyak pada akhirnya anak tidak memilih satupun dari pilihan yang ada. Akan lebih baik bila orang dewasa memberikan penawaran.
Misalnya: setelah membaca buku biasanya anak diminta untuk ke sentra bahasa atau sentra seni untuk bermain drama atau pergi ke perpustakaan membaca buku. Berikanlah penawaran yang menarik minat anak dengan menjelaskan bila anak ke perpustakaan anak-anak akan bisa membaca buku-buku yang bergambar dan berwarna dan itu sanga mengasyikan.

*      Menggantikan menggurui dengan berkata dengan singkat.

Orang dewasa sebaiknya tidak menggurui anak karena hal itu membuat telinga mereka tidak mendengarkan satu pun kata yang orang dewasa lontarkan. Akan lebih baik bila orang dewasa berkata singkat dan jelas untuk anak serta tegas.
Misalnya: Melani bermain puzle dan bernatakan sedangkan guru mengnginkan Melani untuk mengembalikannya ke tempat semula, sebaiknya guru tidak mengajari anak dan berkata ”Melani kamu harus membereskan puzle ini setelah bermain karena dapat membahayakan orang bila lewat dan kamu harus menaruhnya kemabali”. Itu sangatlah rumit bagi anak, akan lebih baik bila orang dewasa berkata ”Melani puzle ini tematnya di rak”.

*      Menggantikan menekankan pada kesalahan anak dengan menjelaskan kesuksesan mereka.

Orang dewasa sebaiknya tidak menekankan kesalahan anak ketika mereka melakukan kesalahan akan lebih baik bila orang dewasa menekankan pada kesuksesan yang pernah anak raih dan meyakinkanan anak untuk semangat dan menghadapi kesalahannya tersebut.
          Misalnya: Greg tidak bisa meyebutkan nama belakanganya dengan benar, sebaiknya orang dewasa mendukung Greg terus untuk mencoba lagi dan lagiketika Greg benar-benar menyerah, ingatkan Greg pada pengalaman suksesnya dalam mewarnai nama belakangnya di buku. Dan jangan menyalahi Greg tiap kali dia salah.

*      Menggantikan pembicaraan dengan memasukkannya dalam menulis

Sebaiknya orang dewasa tidak memaksa anak untuk jujur ketika anak ada masalah, ajaklah anak untuk menggambar karena dari gambaran yang anak buat itu mengisyaratkan suatu masalah yang sedang anak hadapi dan  gambaran anak itu sifatnya jujur.

*      Mengantikan menghakimi anak dengan penyelesaian masalah bersama.

Orang dewasa sebaiknya tidak menghakimi anak karena dapat membuat mereka menjadi bersalah sehingga anak dapat menangis dan marah. Akan lebih baik bila anak diajak untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.
Misalnya: ketika anak jatuh dan sedang membawa cangkir dan pecah. Orang dewasa sebaiknya tidak memnghakimi anak, akan lebih baik bila orang dewasa menolong anak bangun lalu berkata berhati-hatilah dan bersama-sama membereskan cangkir tadi.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar