Perkembangan Berbicara Anak Usia Dini
Speech adalah ekspresi dari bahasa lisan, mendengar adalah
reseptive/penerimaan dari bahasa lisan. ”Speech adalah sebuah alat untuk
menyampaikan bahasa lisan” (Lerner, Lowenthal & Egan, 1998, hal 207)
Produksi bahasa dari seseorang tergantung dari fisiologi dan koordinasi
neuromuscular dari respirasi, fonasi, resonansi, dan artikulasi. Respirasi
adalah kegiatan bernapas. Fonasi adalah produksi suara yang dihasilkan dari
suara huruf vokal. Resonansi adalah getaran yang mengontrol kualitas gelombang
suara. Artikulasi adalah suara dari pengucapan kata.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara.
1.
Faktor Neurologi
·
Perkembangan kognitif
Dalam perkembangan
kemampuan berbicara anak, kecerdasan dan kematangan yang cukup merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhinya. Bagian dari kemampuan berbicara adalah
kemampuan mengolah dan merencanakan apa yangakan dikatakan.
·
Strategi memproses informasi
Untuk
dapat berbicara, anak butuh untuk belajar bagaimana memfokuskan perhatian
terhadap suatu kata, untuk membedakan antara satu suara dan yang lainnya, dan
untuk menangkap suara dalam dan menyimpannya dalam ingatannya sehingga mereka
dapat mengeluarkan suara tersebut dalam bentuk kata-kata pada nantinya.
·
Kemampuan output motor
Kemampuan berbicara membutuhkan koordinasi
yang baik antara pergerakan mulut dan lidah.
·
Perkembangan
sosial-emosional dan motivasi
Bahasa termasuk
instrumen sosial, oleh karena itu interkasi antara manusia termasuk bagian
penting dalam membangun bahasa dan kemampuan berbicara.
Faktor Struktural dan Fiosiologi
·
Kemampuan sensorik
Seluruh kemampuan indera sangat mempengaruhi
perkembangan kemampuan berbicara pada anak, baik kemampuan mendengar, melihat,
menyentuh, merasakan, dan mencium bau.
·
Kemampuan oromuscular
Kemampuan berbicara pada manusia tergantung
pada baik atau tidaknya penggunaan otot kerongkongan untuk mengontrol bibir dan
lidah.
·
Mekanisme transmisi bahasa
Mekanisme ini berkaitan
dengan bagaimana seseorang bernapas dan kemampuan mengatur pernapasannya.
Faktor Lingkungan
·
Faktor sosial kultural
Keadaan bahasa dan
berbicara dari lingkungan menjadi pengaruh bagi anak dalam cara mereka
berbicara.
·
Pengalaman
Pengalaman yang didapatkan oleh anak dari
orang-orang sekitarnya juga mempengaruhi kemampuan berbicaranya.
·
Konteks fisik
Adanya objek untuk dibicarakan seperti alat
permainan yang disukai anak, gambar-gambar, atau bahan-bahan lain juga
merupakan faktor yang mempengaruhi anak untuk berbicara.
Perlu diperhatikan bahwa kemampuan anak untuk meniru apa
yang mereka dengar lebih besar daripada kemampuan mereka untuk menghasilkan
bahasa sendiri. Kemampuan anak untuk menghasilkan bahasa tergantung pada
kemampuan mereka untuk memahami bahasa tersebut.(Lovel, 1968) Selain itu,
kemampuan bahasa reseptif pada anak balita seringkali 4 kali lebih besar
daripada kemampuan bahasa ekspresif mereka.(Griffiths, 1986)
Peninjauan Perkembangan
Berbicara Anak
Kemampuan
anak untuk berbicara dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
komunikatif dan nonkomunikatif. Bahasa nonkomunikatif adalah bahasa yang bukan
berupa bahasa percakapan, bahasa ini tidak ditujukan kepada pendengar. Ada tiga
tipe dari bahasa nonkomunikatif yang biasanya ditemukan pada anak di bawah usia
6-7 tahun,(Piaget, 1959) yaitu:
· Repetisi
Terjadi ketika anak mengulang-ulang kata-kata yang mereka sukai.
Terjadi ketika anak mengulang-ulang kata-kata yang mereka sukai.
· Monolog
Terjadi ketika anak berbicara sendiri dengan dirinya. Bahasa ini juga dikenal sebagai “private speech”
Terjadi ketika anak berbicara sendiri dengan dirinya. Bahasa ini juga dikenal sebagai “private speech”
· Monolog kolektif
Sama seperti monolog, tetapi pada monolog kolektif ini, anak berbicara sendiri dengan topik yang berbeda.
Sama seperti monolog, tetapi pada monolog kolektif ini, anak berbicara sendiri dengan topik yang berbeda.
Setelah anak menggunakan bahasa nonkomunikatif, anak
mulai memiliki kemampuan untuk berinteraksi dalam sebuah percakapan. Pada saat
tersebut, anak mulai menggunakan bahasa komunikatif atau bahasa sosial. Ada enam tipe dari bahasa
komunikatif, yaitu:
·
Play
talk
Ketika
anak mengekspresikan pribadi temannya daripada pribadi mereka sendiri dalam
sebuah kegiatan atau permainan.
·
Negotiation
talk
Ketika
anak berusaha bergabung dalam sebuah kegiatan/permainan
·
Excluding
talk
Ketika
anak menolak temannya bergabung dalam sebuah kegiatan atau permainan.
·
Challenge
talk
Ketika anak tidak setuju dengan peraturan yang dibuat
oleh orang lain.
·
Emphatic talk
Ketika anak memposisikan diri mereka pada posisi temannya
yang memiliki masalah.
·
Information and understanding talk
Ketika
anak melakukan percakapan dengan anak lain dan mengajukan pertanyaan.
Bahasa komunikatif membutuhkan koordinasi keahlian dan
kemampuan yang dimilki oleh yang berbicara, yaitu:
·
Penguasaan perilaku
nonverbal: Pemahaman tentang peraturan percakapan.
·
Kemampuan untuk bergiliran
dalam berbicara.
·
Kemampuan untuk menyampaikan
pesan.
·
Kemampuan untuk merespon
pembicaraan dari lawan bicara.
Orang
dewasa menggunakan prinsip dasar untuk mengimpisasi
kemampuan komunikasi mereka dengan anak.

Orang dewasa lebih baik mengatakan perilaku
seorang anak dengan sebuah kalimat pernyataan agar anak yang lain menyangkal
perasaanya. Misalnya: Kedengarannya Ricardo marah padamu karena Ricardo memukul
balok-balok itu hingga jatuh.

Daripada orang dewasa mencaci apa yang
diperbuat anak dengan kata-kata kasar lebih baik memberi tahu dengan baik-baik.
Misalnya:
Cacian : Berapa kali sudah kukatakan padamu untuk
berhati-hati dalam membawa cangkir-cangkir itu. Kau selalu meecahkannya ketika
kau memabawanya.
Memberi tahu: Lain kali berhati-hati itu lebih baik
karena bila pecahan cangkir itu terinjak maka kaki mu akan terluka.

Orang dewasa sebaiknya tidak memaksa anak
untuk mengaku. Mereka tidak akan mengaku karena takut dengan hukuman yang akan
diberikan meskipun tidak adanya ancaman hukuman dari orang dewasa. Akan sangat
baik bila orang dewasa menjelaskan permasalahan dan mencari solusinya.
Mislanya: Seorang anak menumpahkan air di
lantai, lalu guru mengatakan”wah ternyata di lantai ini banyak airnya, padahal
ini sangat berbahaya bagi siapa pun yang lewat. Siapa yang mau membantu ibu
untuk membersihkan lantainnya ya?”

Orang dewasa sebaiknya tidak memberi
pilihan pada anak bisa-bisa anak bingung karena terlalu banyak pilihan atau
juga karena terlalu banyak pada akhirnya anak tidak memilih satupun dari
pilihan yang ada. Akan lebih baik bila orang dewasa memberikan penawaran.
Misalnya: setelah membaca buku biasanya
anak diminta untuk ke sentra bahasa atau sentra seni untuk bermain drama atau
pergi ke perpustakaan membaca buku. Berikanlah penawaran yang menarik minat
anak dengan menjelaskan bila anak ke perpustakaan anak-anak akan bisa membaca buku-buku
yang bergambar dan berwarna dan itu sanga mengasyikan.

Orang dewasa sebaiknya tidak menggurui
anak karena hal itu membuat telinga mereka tidak mendengarkan satu pun kata
yang orang dewasa lontarkan. Akan lebih baik bila orang dewasa berkata singkat
dan jelas untuk anak serta tegas.
Misalnya: Melani bermain puzle dan
bernatakan sedangkan guru mengnginkan Melani untuk mengembalikannya ke tempat
semula, sebaiknya guru tidak mengajari anak dan berkata ”Melani kamu harus
membereskan puzle ini setelah bermain karena dapat membahayakan orang bila
lewat dan kamu harus menaruhnya kemabali”. Itu sangatlah rumit bagi anak, akan
lebih baik bila orang dewasa berkata ”Melani puzle ini tematnya di rak”.

Orang dewasa sebaiknya tidak menekankan kesalahan
anak ketika mereka melakukan kesalahan akan lebih baik bila orang dewasa
menekankan pada kesuksesan yang pernah anak raih dan meyakinkanan anak untuk
semangat dan menghadapi kesalahannya tersebut.
Misalnya:
Greg tidak bisa meyebutkan nama belakanganya dengan benar, sebaiknya orang
dewasa mendukung Greg terus untuk mencoba lagi dan lagiketika Greg benar-benar
menyerah, ingatkan Greg pada pengalaman suksesnya dalam mewarnai nama
belakangnya di buku. Dan jangan menyalahi Greg tiap kali dia salah.

Sebaiknya orang dewasa tidak memaksa anak
untuk jujur ketika anak ada masalah, ajaklah anak untuk menggambar karena dari
gambaran yang anak buat itu mengisyaratkan suatu masalah yang sedang anak hadapi
dan gambaran anak itu sifatnya jujur.

Orang dewasa sebaiknya tidak menghakimi
anak karena dapat membuat mereka menjadi bersalah sehingga anak dapat menangis
dan marah. Akan lebih baik
bila anak diajak untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.
Misalnya: ketika anak jatuh dan sedang
membawa cangkir dan pecah. Orang dewasa sebaiknya tidak memnghakimi anak, akan
lebih baik bila orang dewasa menolong anak bangun lalu berkata berhati-hatilah
dan bersama-sama membereskan cangkir tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar